Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2019

sang kumbang

SANG KUMBANG Oleh : Rusman Riyadi Aku yang terlahir dari sudut kerinduan Menerka asa dan harap pada secangkir kopi Menyeruput pekat dan lekatnya sang waktu Menunggumu di dalam keheningan malam Gerimis bulan oktober merajut asa sang pujangga Mengingat masa yang indah bersama sang bunga Kini semuanya hanya menjadi sepucuk kenangan Kubalut dengan kain sutera nan indah Hai bunga yang pernah kupuja Ingatlah aku yang pernah menjadi kumbang yang hinggap Berdua menikmati keindahan taman yang di saksikan oleh alam Ah... kini semua itu menjadi kisah bagi kita Coretan yang indah menghiasi lembaran kertas kehidupan Terpampang dalam buku kisahku Terkunci dalam peti cerita hidupku Aku   sang kumbang yang kini meratap Kisah sendu yang kutitip pada senja Kisah kelam yang kularutkan pada hening malam Harapan yang ku sandarkan pada sang fajar Kini aku sang kumbang menjelma menjadi pemuja sang bunga Menerawang sejuta bunga di taman jiwa Sayap k

Penikmat sajak

bangunlah dari tidur panjangmu

BANGUNLAH DARI TIDUR PANJANGMU Oleh : Rusman Riyadi Hai pemuda... Selamat menikmati kejamnya dunia Selamat berfikir atas kegonjang ganjingan ini Apa yang hendak kau perbuat? Sabda negeri begitu ngeri Duniapun enggan menyapa nurani Angin mulai menebar kehinaan Tak terpanggilkah jiwamu merubah keadaan? Hai pemuda... Tebarkan angin segar penuh harapan Singsingkan lengan bajumu Perangi tirani yang tak lagi melindungi Kepalkan tanganmu hancurkan kemungkaran Semerbak bunga sudah berbau bangkai Keadilan tak lagi terpenuhi Janji manis sang penguasa kini terasa kecut Mereka tidur di kasur empuk layaknya seorang pengecut Hai pemuda... Arah negeri ini berada dalam genggaman tanganmu Masihkah kau tertidur pulas dalam balutan selimutmu Bangunlah dari tidur panjangmu Teriakan kebenaran di telinga sang pemegang tahta Semai kembali bunga yang telah layu Pulanglah dari sudut warung kopi Negeri ini sedang ada di titk nadir demorasi Hai pemuda... Langkahkan kakimu

kau yang kupuja dalam diam

KAU YANG KUPUJA DALAM DIAM Oleh : Rusman Riyadi Dalam hening malam yang pekat Aku terdiam di pojok gubuk tua Menerawang matamu yang telah lama hilang Merasuk kalbu penuh kerinduan Hati dan jiwaku mengawang diatas awan Mengepakkan sayap jiwa penuh harapan Ku adukan namamu pada Rabb-ku Ku cumbu jiwamu dalam lantunan do'a Kuterbangkan selembar kertas dan ku ayunkan pena Kata pertama dalam sajakku adalah dirimu Yang selalu menjadi alasan untukku tetap kuat berdiri Dengan sajak kularutkan mimpi embun pada awan yang merelakan hujannya Malam menghembuskan dingin yang menerka Hati yang sepi gundah gulana Digubuk tua kulamunkan indah senyummu Di gelap malam ku bayangkan lentik jemarimu Ah... ini aku yang selalu memujamu dalam diam Bukan sambut mesra kata yang ku harap Bukan tanya kabar yang ku harap Bukan cium kening yang aku impikan Hadir dirimu dalam sepiku yang aku damba

senja diujung harapan

SENJA DI UJUNG HARAPAN Oleh : Rusman Riyadi Hai senja ... Selamat datang di ujung harapan Selamat mengakhiri perjalanan Kutitip kan nama kekasihku dalam pancaran sinarmu Ku tuliskan namanya diatas pasir pantai Desir ombak berakhir di tepi pantai Membawa kenangan yang kian terurai Menghanyutkan seribu cerita cintaku Yang kini harus aku relakan kepergianmu Rerumputan turut membius jiwa bersama dingin malam Mengikuti beku diamku mencoba berbicara, merangkai sebait sajak alam Namamu yang terpatri dalam sanubari jiwa Membawaku ke dalam lembayung cinta Apa yang lebih indah dari sunyi Ketika aku masih tegap berdiri Mawar yang tiap pagi kusiram Mekarnyapun di petik orang Saripati bungaku kini telah tiada sang kumbang menghisap tanpa sisa Bunga  yang kian lama kupuja Kini harus ku relakan gugur begitu saja Biarkan aku menikmati pekatnya malam Bersama bayangmu yang telah kelam Aku yang tak pandai menjagamu ? Ataukah kau yang su

pagi

Pagi Oleh : Rusman Riyadi Hai pagi... Kini kau kembali lagi Mengusir malam yang sudah pergi Kau menyapaku lewat sinar mentarimu Mengobati kerinduanku padamu Hai pagi... Ceritaku masih sama dengan hari kemarin Kopiku juga masih terasa pahit Akupun selalu di temani kerinduan Sorot matanya Lirih suaranya Hembusan nafasnya Masih terngiang dalam benak ku Aku seperti di tikam rindu Jiwaku tak lagi menyatu Daun kian berguguran Di terpa semilir angin Langkah gontai kakiku di sepanjang jalan Menapaki belantara kehidupan Senyummu masih menghiasi bola mataku Namamu masih terpasung dalam kalbu Hai pagi... Kusambut hangat sinar fajarmu Sampaikan rindu yang terbenam dalam jiwaku Bacakan tulisan hangat di hatiku Untuk dia yang selalu ke rindu