Langsung ke konten utama

AKTOR POLITIK PREMATUR


AKTOR POLITIK PREMATUR

Oleh : Rusman Riyadi

 

Kebebasan berpendapat di negeri ini sepertinya menjadi sebuah kebebasan yang terlalu fatal sehingga banyak dari masyarakat yang terlalu bersemangat dan menggebu-gebu mengartikan kebebasan menjadi sebuah pelarian untuk berpendapat seenak jidatnya saja. Kemajuan zaman dan teknologi juga menjadi salah satu pengaruh dari lahirnya para pengamat politik yang abal-abal mereka seakan-akan menjelma menjadi seorang ahli politikus dan memandang orang lain yang tak sepaham dengannya adalah sebuah kesalahan terbesar. Politik pragmatis yang di lakukan mampu membuat mereka membusungkan dada, hal ini sangat menggelitik untuk kita saksikan bersama. Para aktor politik yang prematur dapat kita jumpai saat negeri ini sedang mendekati pesta demokrasi mulai dari pemilihan di tingkat desa hingga pemilihan di tingkat pusat, para pengamat politik dadakan dan musiman akan menjadi seoarang yang sangat bijak meskipun sebenarnya kebijakan itu tidak ada pada dirinya. Mendekati pesta demokrasi yang mana itu adalah gawenya masyarakat menjadi ajang unjuk gigi bagi mereka yang seolah-olah paham akan setiap permasalahan yang terjadi, apa yang dilakukan oleh politikus musiman ini tidak akan pernah terlepas dari yang namanya sebuah kepentingan, baik untuk kepentingan dirinya sendiri maupun kepentingan kelompknya. Mereka terlalu di sibukkan dengan sebuah eksistensi yang mana untuk mendapatkan eksistensi itu mereka mencari korban untuk kepentingannya, mustahil jika politikus musiman berbicara tentang idealis dan perubahan, jika memang mereka bicara sebuah perubahan kemana saja mereka selama ini ?. Konsep politik yang pertama bisnis Aristoteles yang menyatakan, politik yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mencapai bersama dibandingkan kepentingan individu atau golongan yang mana merupakan nilai moral yang lebih tinggi. Konsep ini kepentingan umum sebagai tujuan moral serta nilai ideal yang sifatnya abstrak.

Memang benar sebagai rakyat dan masyarakat di negeri yang menganut demokrasi memiliki tugas dan kewajiban mengkritisi dan mengkontrol kebijakan dari pemerintah, tetapi setiap kritis harus benar-benar valid dan mendukung dengan bukti yang kuat bukan mengkritisi sesuatu yang sifatnya hanya kabar angin saja, kemampuan menganalisa sangat membantu bukan hanya kemampuan berbicara yang lantang saja namun apa yang di bicarakan dan di suarakan tidak benar. Ya memang negara ini melindungi  setiap negara yang berpendapat di muka umum untuk menyampaikan pikirannya seperti yang ada dalam pasal 28 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu “kemerdekaan berserikat da berkumpul, mengeluarkan pikiran denga lisan dan tulisan dan sebagainya di tetapkan dengan undang-undang”. Bunyi dari pasal ini dapat salah diinterpretasikan oleh kebanyakan masyarakat, tidak sedikit masyarakat yang menafsirkan pendapat bahwa mereka berhak untuk mengeluarka pendapatnya dan menjadi seorang kritikus yang handal, namun yang terjadi adalah bukan kritik yang dilakukan akan tetapi cacian dan makian yang di lontarkan . Menjadi politikus tidak bisa mendapatkan dengan instan namun proses panjang yang harus di lalui sehingga melahirkan pemikiran visioner dan profesional. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kemana langkah kaki itu akan pergi

KEMANA LANGKAH KAKI ITU AKAN PERGI Oleh : Rusman Riyadi Langkah gontai kaki mengikuti panjangnya jalan Entah dimana langkah ini akan berhenti Haruskah langkahku tak berarah selamanya Ahhhh aku gelisah dengan semua ini Hei diri .... Robeklah dadamu lihat apa yang ada di dalamnya Tanyakan pada nuranimu hendak kemana langkah itu Tanyakan pada matamu apa yang kau lihat di depan sana Tanyakan pada otakmu apa yang kau fikirkan Kau tau dunia tak seperti daun yang di terpa angin Kau tau dunia tak seperti daging yang semakin lama akan membusuk Kau tau dunia tak seperti kopi akan habis di minum Ahhhh dunia tak semudah itu Hei diri.... Tiap sore kau menunggu sang senja datang Kau tatap keindahan senja itu Lambat laun senja yang kau puja akan pergi Berganti dengan gelapnya malam Fajarpun akan datang dengan keindahanya Dan akan pergi begit saja Berganti dengan sinar panasnya ang menyengat Begitulah keindahan tiap waktu akan pergi Yakinlah

PEMERINTAH BERPIHAK KEPADA SIAPA ?

  PEMERINTAH BERPIHAK KEPADA SIAPA ? Oleh : Rusman Riyadi Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 2 Tahun 2022 menjadi kontroversi bagi masyarakat, yang mana hal itu banyak mengundang reaksi dari berbagai kalangan masyarakat, terutama bagi para buruh dan pekerja. Peraturan menteri tersebut di nilai tidak memihak kepada para buruh dan pekerja dengan di keluarkannya peraturan menteri tersebut tidak sedikit masyarakat yang merasa di rugikan. Peraturan menteri ketenagakerjaan tersebut di nilai banyak hal yang telah di tinggalkan terutama bagi mereka yang telah bekerja di sebuah perusahaaan namun harus menunggu usia 56 tahun baru bisa melakukan pengajuan “Jaminan Hari Tua” hal tersebut sangat tidak etis sebenarnya untuk di lakukan, melihat dengan apa yang akan terjadi di hari esok maka perlu kiranya jaminan hari tua tersebut bisa di ajukan kapanpun oleh yang berhak menerima tanpa harus menunggu usia senja, karena dari beberapa mereka banyak kebutuhan yang harus di penuhi. Pemerintah d

HADIRNYA SEBEUAH NEGARA

  HADIRNYA SEBUAH NEGARA Oleh : Rusman Riyadi   Indonesia merupakan negara demokrasi yang mana kedaulatan berada di tangan rakyat, sehingga semua hal yang berkaitan dengan kekuasaan seharsunya melibatkan rakyat. Negara yang mampu melahirkan sebuah konstitusi yang sesuai dengan apayang menajdi hajat rakyat maka negara tersebut bisa dikatakan sebagai negara yang yang teramat sangat demokrasi. Berdaulat tanpa di dikte oleh pihak manapun merupakan sebuah impian terbesar negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, apalagi tidak peran negara lain bagi berdaulatnya sebuah negara. Indonesia sebagai negara yang demokrasi yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Maka hal itu perlu di implementasikan oleh para pemangku kekuasaan yang memegang tampuk kekausaan di negara ini. Bukan menjadikan rakyat sebagai alat pemuas kekuasaan yan seolah-olah apa yang di lakukan demi kepentingan rakyat, akan tetapi di balik ituhanyalah sebuah politik untuk memuaskan hasrat dan birahi