POLITIK PRAGMATIS
DENGAN BALUTAN DRAMATIS
Oleh : Rusman Riyadi
Politik merupakan berbgai cara yang
dilakukan dan di tempuh oleh seseorang untuk mencapai tujuannya. Hans Kelsen
bahkan mendefinisikan politik dalam dua definisi. Pertama adalah sebagai etik
yang berkaitan dengan tujuan manusia untuk tetap hidup sempurna. Kedua adalah
sebagai teknik yang berkaitan dengan cara manusia untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya. Para founding father negara ini juga dalam sebuah perjuangkan
untuk keluar dari kekangan para penjajah 3,5 abad lamanya tidak pernah lepas
dari permainan sebuah politik, namun perpolitikan yang dilakukan oleh mereka
adalah benar-benar perpolitikan dengan visi dan misi perjuangan. Bagaimana
seorang proklamator Bung Karno juga memainkan peran politiknya dengan para
penjajah, agar rakyat indonesia bisa merasakan kemerdekaan dan hidup bebas di
tanahnya sendiri. Kita hidup di zaman yang serba canggih pada saat ini sehingga
segala kegitan yang di lakukan seolah-olah harus di tempuh dengan cara yang
praktis tanpa sebuah proses. pragmatisme mengandung dua konsekuensi penting. Pertama,
penolakan terhadap objektivitas realitas. Meminjam pemikiran Immanuel Kant,
realitas pada dirinya (das ding an sich) tidak bisa diketahui. Seseorang
hanya bisa mengetahui realitas melalui kacamata yang dipakainya. Ini mengandung
konsekuensi bahwa individu memiliki otonomi yang besar dalam mengkonstruksi dan
memahami setiap fenomena yang dia hadapi. Kedua, realitas direduksikan
kepada dimensi praktikalitas, manfaat, dan keuntungan yang dapat diperoleh
seseorang. Itu artinya kacamata yang digunakan untuk memahami realitas tidak
lain adalah kacamata manfaat atau kegunaan, terutama untuk kepentingan diri
sendiri.Dengan kemajuan zaman dan majunya dunia maya pada saat ini banyak dari
mereka yang membusungkan dada dan mengangap dirinya adalah seorang politikus
yang ulung. berbicara politik sudah
pasti membicarakan sebuah kepentingan. Apapun soal politik akan selalu berujung
dan berakhir pada term kepentingan. Pertanyaannya, kepentingan seperti
apa dan untuk tujuan apa. Kepentingan untuk memperoleh dukungan, simpati
publik, kegilaan jabatan, sehingga hanya mengedepankan aspek keuntungan
individual atau kelompok? Balutan drama dengan dalih sebuah perubahan hanya
akan menjadi sebuah wacana, dan ide yang lahir dari mereka tidak akan pernah
bisa terealisasi.
Jalan poilitik pragmatis sudah menjadi
hal yang lumrah yang dilakukan oleh orang-orang pada zaman edan ini. Politik pragmatis
yang di lakukan oleh mereka tidak akan pernah terlepas dari yang namanya sebuah
kepentingan, politik semrawut yang di gunakan untuk mencapai kepentingannya akan
menjadi sebuah tontonan yang murahan dan menggelikan, mereka hadir layaknya
sang imam yang di tunggu-tunggu oleh umat dan segala titah yang keluar darinya
adalah sesuatu hal yang benar dan orang lain yang tidak sepaham dengannya dianggap
bodoh, drama seperti itu yang sekarang akan banyak kita jumpai di era sekarang
ini. Politik yang di balut dengan drama tidak aka pernah menghasilkan sebuah
perubahan yang lebih baik bahkan yang akan terjadi adalah sebaliknya, drama
yang di mainkan oleh para aktor politik pragmatis dengan sendirinya akan jatuh
tanpa di jatuhkan oleh orang lain, orang-orang seperti itu biasanya mencari
sebuah eksistensi dengan cara menjatuhkan dan menjelek-jelekkan orang lain
sehingga menjatuhkan orang lain adalah keberhasilan bagi mereka, semua itu pasti
ada dalang yang bermain di belakangnya. Eksistensi yang mereka cari dengan cara
seperti itu malah akan mendapat celaan dan cacian dari masyarakat. Para politikus
pragmatis yang telah lahir biasanya akan menjadi seorang kritikus terhadap
segala bentuk kebijakan yang di lakukan oleh pemerintah, mereka tidak akna
pernah sepakat dengan apa yang di lakukan oleh pemerintah sekalipun kebijakan
itu bagus, karena yang mereka inginkan bukan sebuah perubahan yag lebih baik
tapi hanya eskistensi saja.
Mereka tidak aka pernah melihat
sesuatu secara objektif namun lebih cenderung menilai sesuatu dengan cara yang
sujektif.
Komentar
Posting Komentar