Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

aktivis jaman now

AKTIVIS JAMAN NOW Oleh : Rusman Riyadi Jaman sudah berubah, mereka yang mengklaim dirinya sebagai aktivis sangat menggelitik.  Pertanyaannya  adalah apa yang mereka banggakan dari kata aktivis itu ? Perjuangan seperti apa yang mereka lakukan ?  Perjuangan mereka untuk siapa ?  Masih idealiskah mereka saat ini ? Menjadi seorang aktivis bukanlah mereka yang berlindung di bawah naungan organisasi, bukan juga mereka yang selalu memakai atribut organisasi kebanggaannya. Aktivis 98 mereka adalah orang-orang yang memang memperjuangkan rakyat di negeri ini, mereka tak menghiraukan nyawa melayang demi perjuangan yang mereka lakukan. Namun hari ini kebanyakan dari kaum yang katanya barisan kaum cemdekiawan dan organisatoris mengklaim dirinya sebagai seorang aktivis maka sangat menggelitik karena gagasan mereka hanya sebatas di warung kopi saja, namun tidak ada aksi yang nyata untuk mewujudkan cita-cita dari founding father negeri ini. Perdebabatan dan diskusi kini telah mati

tersesat dalam jiwamu

TERSESAT DALAM JIWAMU  Oleh : Rusman Riyadi Malam yang sunyi menarik diriku dari keramaian  Membelenggu hati dan jiwa dari kerinduan  Mencengkeram cinta penuh kenistaan  Rembulan menyapa dalam pekat kegelapan Bibir tak mampu lagi berucap Kaki tak mampu lagi tuk melangkah  Otak pun tak mampu berfikir  Tak ingin kah kau menghangatkan tubuh yg dingin ini ? Ku sandarkan diriku pada dinding harapan  Kuceritakan kisahku pada semesta  Kutulis namamu dalam sajak hinaku Wahai dindaku dimanah kini kau berada ? Bayangmu membawaku dalam mimpi  Namun tak mampu ku menjumpai  Aku yang terhanyut dalam samudera rindu  Kini harus tenggelam dalam alunan syahdu  Wahai kekasih... Namamu selalu membasahi bibir ini  Dimanakah kau bersembunyi ? Aku tak sanggup lagi tersesat dalam kerinduan ini Aku tak tahan lagi dengan belenggu ini Secangkir kopi tak mampu membawaku dalam kenikmatan  Keindahan senja tak mampu lagi memberikan ketenangan  Keramaia

sang kumbang

SANG KUMBANG Oleh : Rusman Riyadi Aku yang terlahir dari sudut kerinduan Menerka asa dan harap pada secangkir kopi Menyeruput pekat dan lekatnya sang waktu Menunggumu di dalam keheningan malam Gerimis bulan oktober merajut asa sang pujangga Mengingat masa yang indah bersama sang bunga Kini semuanya hanya menjadi sepucuk kenangan Kubalut dengan kain sutera nan indah Hai bunga yang pernah kupuja Ingatlah aku yang pernah menjadi kumbang yang hinggap Berdua menikmati keindahan taman yang di saksikan oleh alam Ah... kini semua itu menjadi kisah bagi kita Coretan yang indah menghiasi lembaran kertas kehidupan Terpampang dalam buku kisahku Terkunci dalam peti cerita hidupku Aku   sang kumbang yang kini meratap Kisah sendu yang kutitip pada senja Kisah kelam yang kularutkan pada hening malam Harapan yang ku sandarkan pada sang fajar Kini aku sang kumbang menjelma menjadi pemuja sang bunga Menerawang sejuta bunga di taman jiwa Sayap k

Penikmat sajak

bangunlah dari tidur panjangmu

BANGUNLAH DARI TIDUR PANJANGMU Oleh : Rusman Riyadi Hai pemuda... Selamat menikmati kejamnya dunia Selamat berfikir atas kegonjang ganjingan ini Apa yang hendak kau perbuat? Sabda negeri begitu ngeri Duniapun enggan menyapa nurani Angin mulai menebar kehinaan Tak terpanggilkah jiwamu merubah keadaan? Hai pemuda... Tebarkan angin segar penuh harapan Singsingkan lengan bajumu Perangi tirani yang tak lagi melindungi Kepalkan tanganmu hancurkan kemungkaran Semerbak bunga sudah berbau bangkai Keadilan tak lagi terpenuhi Janji manis sang penguasa kini terasa kecut Mereka tidur di kasur empuk layaknya seorang pengecut Hai pemuda... Arah negeri ini berada dalam genggaman tanganmu Masihkah kau tertidur pulas dalam balutan selimutmu Bangunlah dari tidur panjangmu Teriakan kebenaran di telinga sang pemegang tahta Semai kembali bunga yang telah layu Pulanglah dari sudut warung kopi Negeri ini sedang ada di titk nadir demorasi Hai pemuda... Langkahkan kakimu

kau yang kupuja dalam diam

KAU YANG KUPUJA DALAM DIAM Oleh : Rusman Riyadi Dalam hening malam yang pekat Aku terdiam di pojok gubuk tua Menerawang matamu yang telah lama hilang Merasuk kalbu penuh kerinduan Hati dan jiwaku mengawang diatas awan Mengepakkan sayap jiwa penuh harapan Ku adukan namamu pada Rabb-ku Ku cumbu jiwamu dalam lantunan do'a Kuterbangkan selembar kertas dan ku ayunkan pena Kata pertama dalam sajakku adalah dirimu Yang selalu menjadi alasan untukku tetap kuat berdiri Dengan sajak kularutkan mimpi embun pada awan yang merelakan hujannya Malam menghembuskan dingin yang menerka Hati yang sepi gundah gulana Digubuk tua kulamunkan indah senyummu Di gelap malam ku bayangkan lentik jemarimu Ah... ini aku yang selalu memujamu dalam diam Bukan sambut mesra kata yang ku harap Bukan tanya kabar yang ku harap Bukan cium kening yang aku impikan Hadir dirimu dalam sepiku yang aku damba

senja diujung harapan

SENJA DI UJUNG HARAPAN Oleh : Rusman Riyadi Hai senja ... Selamat datang di ujung harapan Selamat mengakhiri perjalanan Kutitip kan nama kekasihku dalam pancaran sinarmu Ku tuliskan namanya diatas pasir pantai Desir ombak berakhir di tepi pantai Membawa kenangan yang kian terurai Menghanyutkan seribu cerita cintaku Yang kini harus aku relakan kepergianmu Rerumputan turut membius jiwa bersama dingin malam Mengikuti beku diamku mencoba berbicara, merangkai sebait sajak alam Namamu yang terpatri dalam sanubari jiwa Membawaku ke dalam lembayung cinta Apa yang lebih indah dari sunyi Ketika aku masih tegap berdiri Mawar yang tiap pagi kusiram Mekarnyapun di petik orang Saripati bungaku kini telah tiada sang kumbang menghisap tanpa sisa Bunga  yang kian lama kupuja Kini harus ku relakan gugur begitu saja Biarkan aku menikmati pekatnya malam Bersama bayangmu yang telah kelam Aku yang tak pandai menjagamu ? Ataukah kau yang su

pagi

Pagi Oleh : Rusman Riyadi Hai pagi... Kini kau kembali lagi Mengusir malam yang sudah pergi Kau menyapaku lewat sinar mentarimu Mengobati kerinduanku padamu Hai pagi... Ceritaku masih sama dengan hari kemarin Kopiku juga masih terasa pahit Akupun selalu di temani kerinduan Sorot matanya Lirih suaranya Hembusan nafasnya Masih terngiang dalam benak ku Aku seperti di tikam rindu Jiwaku tak lagi menyatu Daun kian berguguran Di terpa semilir angin Langkah gontai kakiku di sepanjang jalan Menapaki belantara kehidupan Senyummu masih menghiasi bola mataku Namamu masih terpasung dalam kalbu Hai pagi... Kusambut hangat sinar fajarmu Sampaikan rindu yang terbenam dalam jiwaku Bacakan tulisan hangat di hatiku Untuk dia yang selalu ke rindu

belenggu cinta

Belenggu Cinta Oleh : Rusman Riyadi Malam kini kau datang Sayap burung tak lagi terbentang Hati mulai bermuram durja Kini kegelisahan yang kurasa Hening nan sunyi di bawah sinar rembulan Bibir tak mampu lagi berkata Sorot mata tak lagi mampu memberi arti Ucap tak lagi sejalan dengan hati Kata rindu yang kian terucap Seribu kali sudah ku ungkap Telingamu tuli tak lagi mau mendengar Rasa rindu yang begitu besar Cinta kenapa engkau bersemayam dihati Membawa diri ini terbang meninggalkan bumi Kau patahkan sayap harapan Kau buang aku ke dasar jurang penuh kelam Kau kurung aku  dalam sangkar kenistaan Kau hancurkan harapan dan asa penuh kecintaan Kau belenggu aku dengan tali perasaan Lalu kau renggut kebebasan cintaku Ingin rasanya aku lepas dari belenggu mu Berjalan menapaki rerumputan Menembus gelapnya malam Hingga sang fajar datang menyapa Rindu dan asa yang besar kini harus aku lempar dalam kobaran api Cinta dan p

kemana langkah kaki itu akan pergi

KEMANA LANGKAH KAKI ITU AKAN PERGI Oleh : Rusman Riyadi Langkah gontai kaki mengikuti panjangnya jalan Entah dimana langkah ini akan berhenti Haruskah langkahku tak berarah selamanya Ahhhh aku gelisah dengan semua ini Hei diri .... Robeklah dadamu lihat apa yang ada di dalamnya Tanyakan pada nuranimu hendak kemana langkah itu Tanyakan pada matamu apa yang kau lihat di depan sana Tanyakan pada otakmu apa yang kau fikirkan Kau tau dunia tak seperti daun yang di terpa angin Kau tau dunia tak seperti daging yang semakin lama akan membusuk Kau tau dunia tak seperti kopi akan habis di minum Ahhhh dunia tak semudah itu Hei diri.... Tiap sore kau menunggu sang senja datang Kau tatap keindahan senja itu Lambat laun senja yang kau puja akan pergi Berganti dengan gelapnya malam Fajarpun akan datang dengan keindahanya Dan akan pergi begit saja Berganti dengan sinar panasnya ang menyengat Begitulah keindahan tiap waktu akan pergi Yakinlah