Langsung ke konten utama

PENDIDIKAN ATAU BISNIS ?

 

PENDIDIKAN ATAU BISNIS ?

Oleh : Rusman Riyadi

Dari sabang sampai merauke banyak berdiri lembaga pendidikan mulai dari sekolah di tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Dari banyaknya jumlah sekolah yang ada tersebut maka banyak pula generasi bangsa yang di harapkan mewujudkan apa yang selama ini menjadi keinginan terbesar banga indonesia, sebagaimana tetrcantum dalam pancasila sila ke-5 “ kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat indonesia “.

Itu  merupakan harapan besar jika memang sekolah atau pendidikan formal bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan bukan untuk mencari sebuah keuntungan atau cuan.  Ironis pada saat ini  sekolah atau perguruan tinggi tak lagi sesuai dengan apa yang di harapkan oleh masyarakat, terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah, di tambah lagi dengan adanya wabah pada saat ini yang menghancurkan perekonomian rakyat.

Wabah yang melanda saat ini mampu memporak porandakan tatanan perekonomian dan penghasilan masyarakat, harusnya lembaga pendidikan bisa membuka mata dengan apa yang terjadi pada saat ini. Namun yang terjadi pada saat ini  adalah seakan-akan lembaga pendidikan menjadi monster yang sangat mengerikan bagi mereka yang ingin melanjutkan cita-cita mulianya namun terhalang oleh nilai rupiah yang di berikan oleh lembaga pendidikan.

Ki hadjar dewantara pernah mengatakan “ ing ngarsa sung talada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” ( didepan seorang pendidik harus memberi teladan yang baik, di tengah atau diantara murid guru harus menciptakan prakarsa dan ide, dari belakang seorang guru harus mampu memberikan dorongan dan arahan ).

Dalam situasi seperti inilah seorang pendidik harus memberikan teladan dan ide kepada mereka yang di didik bukan malah menjadi beban.

Mereka yang mengeyam pendidikan formal tidak semuanya dari keluarga yang mampu ada juga ibu dan bapaknya banting tulang mencari uang agar anakanya bisa sekolah dan tak ingin kehidapan anaknya seperti dirinya, yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah.

Saat ini seseorang hanya bisa menempuh pendidikan formal bagi mereka yang berduit, dan bagi mereka yang kere tak ada tempat untuk mengeyam pendidiakan. Bukankah ini sangat mengerikan, di saat pandemi seperti ini mereka yang ingin mengenyam pendidikan di sebuah lembaga pendidikan harus di paksa untuk membayar biaya dan tidak ada toleransi untuk hal itu.  Membayar biaya pendidikan dengan maksimal namun pendidikan yang di berikan jauh dari kata maksimal.

Lembaga pendidikan saat ini hanya melihat untung dan rugi seakan lembaga pendidikan hanyalah ajang bisnis yang tak ingin merugi dan setiap saat meraup sebuah keuntungan yang besar, jika demikian apa bedanya dengan kapitalis.  

Disaat perekonomian masyarakat sedang anjlok seperti sekarang ini, yang terjadi di beberapa perguruan tinggi adalah terjadi penolakan terkait pembayaran biaya perkuliahan. Sebagian besar dari mereka yang melakukan aksi tersebut meminta kepada pihak kampus atau perguruan tinggi untuk memberikan kebijakan terkait potongan biaya perkuliahan.

Dengan adanya hal ini membuktikan bahwa lembaga pendidikan bukan lagi solusi untuk mendapatkan sebuah pendidikan bagi mereka yang datang dari keluarga tidak mampu. Karena pada hari ini lembaga penddikan bukan lagi berorientasi pada kepentingan sosial melainkan berorientasi pada keuntungan. Maka tak heran lagi jika para mahasiswa banyak yang melakukan aksi protes terkait perubahan perguruan tinggi yang menjelma menjadi  ladang bisnis dan semakin mencekik perekonomian para orang tua.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kemana langkah kaki itu akan pergi

KEMANA LANGKAH KAKI ITU AKAN PERGI Oleh : Rusman Riyadi Langkah gontai kaki mengikuti panjangnya jalan Entah dimana langkah ini akan berhenti Haruskah langkahku tak berarah selamanya Ahhhh aku gelisah dengan semua ini Hei diri .... Robeklah dadamu lihat apa yang ada di dalamnya Tanyakan pada nuranimu hendak kemana langkah itu Tanyakan pada matamu apa yang kau lihat di depan sana Tanyakan pada otakmu apa yang kau fikirkan Kau tau dunia tak seperti daun yang di terpa angin Kau tau dunia tak seperti daging yang semakin lama akan membusuk Kau tau dunia tak seperti kopi akan habis di minum Ahhhh dunia tak semudah itu Hei diri.... Tiap sore kau menunggu sang senja datang Kau tatap keindahan senja itu Lambat laun senja yang kau puja akan pergi Berganti dengan gelapnya malam Fajarpun akan datang dengan keindahanya Dan akan pergi begit saja Berganti dengan sinar panasnya ang menyengat Begitulah keindahan tiap waktu akan pergi Yakinlah

PEMERINTAH BERPIHAK KEPADA SIAPA ?

  PEMERINTAH BERPIHAK KEPADA SIAPA ? Oleh : Rusman Riyadi Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 2 Tahun 2022 menjadi kontroversi bagi masyarakat, yang mana hal itu banyak mengundang reaksi dari berbagai kalangan masyarakat, terutama bagi para buruh dan pekerja. Peraturan menteri tersebut di nilai tidak memihak kepada para buruh dan pekerja dengan di keluarkannya peraturan menteri tersebut tidak sedikit masyarakat yang merasa di rugikan. Peraturan menteri ketenagakerjaan tersebut di nilai banyak hal yang telah di tinggalkan terutama bagi mereka yang telah bekerja di sebuah perusahaaan namun harus menunggu usia 56 tahun baru bisa melakukan pengajuan “Jaminan Hari Tua” hal tersebut sangat tidak etis sebenarnya untuk di lakukan, melihat dengan apa yang akan terjadi di hari esok maka perlu kiranya jaminan hari tua tersebut bisa di ajukan kapanpun oleh yang berhak menerima tanpa harus menunggu usia senja, karena dari beberapa mereka banyak kebutuhan yang harus di penuhi. Pemerintah d

HADIRNYA SEBEUAH NEGARA

  HADIRNYA SEBUAH NEGARA Oleh : Rusman Riyadi   Indonesia merupakan negara demokrasi yang mana kedaulatan berada di tangan rakyat, sehingga semua hal yang berkaitan dengan kekuasaan seharsunya melibatkan rakyat. Negara yang mampu melahirkan sebuah konstitusi yang sesuai dengan apayang menajdi hajat rakyat maka negara tersebut bisa dikatakan sebagai negara yang yang teramat sangat demokrasi. Berdaulat tanpa di dikte oleh pihak manapun merupakan sebuah impian terbesar negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, apalagi tidak peran negara lain bagi berdaulatnya sebuah negara. Indonesia sebagai negara yang demokrasi yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Maka hal itu perlu di implementasikan oleh para pemangku kekuasaan yang memegang tampuk kekausaan di negara ini. Bukan menjadikan rakyat sebagai alat pemuas kekuasaan yan seolah-olah apa yang di lakukan demi kepentingan rakyat, akan tetapi di balik ituhanyalah sebuah politik untuk memuaskan hasrat dan birahi