BERHENTI MENJADI JURI HIDUP ORANG LAIN
Oleh: Rusman Riyadi
Kita sekarang berada pada titik dimana teknologi sangat berkembang dengan begitu cepat, informasi dan segala berita lainnya dapat diakses hanya dengan rebahan dan segenggam gadget yang terkepal di tangan.
Berita pengakses lokal, nasional maupun internasional akan lebih cepat hanya dengan alat elektronik yang sangat dekat dengan ponsel pintar. Yaps, smart phone hari ini adalah bagian dari kehidupan manusia bahkan menjadi sebuah kebutuhan primer bagi manusia. Perkembangan teknologi pada era ini maka semkain banyak pula kejahatan yang terjadi, hal itu karena manusia yang kurang bijak dalam menghadapi kemajuan zaman. bahkan dengan teknologi perpecahan dan peperangan akan terjadi. Berapa banyak orang yang menjadi preman layaknya pahlawan super petenteng petenteng didunia maya dan tak kenal takut pada orang atau instansi, tetapi banyak juga kita jumpai orang-orang yang biasanya pemberani dalam dunia maya akan menjelma menjadi seekor tikus dalam dunia nyata.
Tidak sedikit orang yang menjadi juri dalam kehidupan orang lain memberikan komentar terhadap apa yang dilakukan oleh orang lain yang kemudian di cap sebagai orang yang tidak pernah benar hanya karena tidak sesuai dengan apa yang ada dalam otaknya atau tidak sejalan dengan pemikirannya. Mereka yang mengaku open minded tapi masih menyalahkan apa yang dilakukan oleh orang lain layaknya seperti menjilat ludahnya sendiri. Bukankah manusia di ciptakan berbeda oleh tuhan agar ia saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Kita tidak berhak menjadi juri bagi kehidupan orang lain, karena apa yang kita lakukan tidak selamanya benar juga dimata orang lain. Jangan pernah menjadi malaikat jika masih tertawa melihat kesedihan yang dirasakan oleh saudara dan orang-orang di lingkungan kita.
Perbedaan adalah suatu hal yang wajar, menjadikan manusia lebih dewasa menyikapi segala sesuatu bukan malah menimbulkan pertikaian. Berapa banyak diantara kita yang merasa paling benar dengan apa yang dilakukan hal itu banyak kita jumpai dalam media sosial. Kita bahkan sering menasehati orang lain layaknya kita adalah seorang motivator kondang yang tak pernah melakukan sebuah kesalahan.
Seolah-olah tak pernah melakukan kesalahan sehingga ia begitu bebas menjudge orang lain dengan buruk, bukankah setiap manusia mempunyai sisi yang buruk. Mencoba untuk intropeksi diri adalah sebuah kebijakan dan kedewasaan yang berharga, diam adalah lebih baik daripada memberikan komentar kepada orang disaat ada banyak pasang mata menyaksikan.
Kita tak perlu menjadi hakim bagi orang lain yang dapat menentukan benar dan salah dengan apa yang dilakukan oleh orang lain.
Komentar
Posting Komentar